Kamis, 17 Januari 2013

Bendung Katulampa dan Banjir Jakarta


Oh My God....
Sedih banget hari ini niy, hampir semua stasiun tivi memberitakan tentang banjir di Jakarta. Ya, hari memang sebagian besar wilayah Jakarta kebanjiran, sampai-sampai istana kepresidenan pun tak luput dari banjir. Meskipun bukan warga Jakarta, tapi saya turut prihatin. Semoga keadaan bisa secepatnya normal kembali, banjir secepatnya surut,  warga di Jakarta bisa menjalankan aktivitasnya kembali dan pemerintah DKI (Pak Wi) bisa segera mengambil langkah untuk menuntaskan permasalahan banjir di Jakarta.
Melihat pemberitaan tentang banjir di Jakarta, saya malah jadi penasaran tentang Bendungan Katulampa, soalnya sering disebut-sebut tuh di tivi, kayaknya penting bgt gt peranannya bendungan niy. Jakarta bakalan kebanjiran atau ngga diliat dari debit dan ketinggian air disana. Karena awam, so saya googling aza dan akhirnya dapet info dari situs www.id.wikipedia.org
Sekilas Bendung Katulampa
Bendung Katulampa adalah bangunan yang terdapat di Kelurahan Katulampa, Kota BogorJawa Barat. Bangunan ini di bangun pada tahun 1911 dengan tujuan sebagai sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektar yang terdapat pada sisi kanan dan kiri bendung.Saluran irigasi dari bendung ini mempunyai kapasitas maksimum sekitar 6.000 liter perdetik. Fungsi lain dari bendung katulampa adalah sebagai sistem informasi dini terhadap bahaya banjir Sungai Ciliwung yang akan memasuki Jakarta.Data mengenai ketinggian air di bendung Katulampa ini memperkirakan bahwa sekitar 3 - 4 jam kemudian air akan sampai di daerah Depok. Selanjutnya di Bendung Depok ketinggian air dipantau dan dilaporkan ke Jakarta sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar aliran sungai ciliwung sudah dapat mengantisipasi sedini mungkin datangnya air banjir yang akan melewati daerah mereka.
Bendung Katulampa mulai dioperasikan pada tahun 1911. Akan tetapi, pembungannya sudah dimulai pada tahun 1889, setelah Jakarta, yang waktu itu masih bernama Batavia, dilanda banjir besar pada 1872. Banjir saat itu dikabarkan membuat daerah elit Harmoni ikut terendam air luapan Ciliwung.
Belanda membangun bendung di Katulampa dengan tujuan untuk mengukur debit air Ciliwung yang akan mengalir ke Batavia. Hal itu dimaksudkan sebagai semacam sistem peringatan dini agar kemungkinan banjir bisa diketahui dan diantisipasi para pejabat tinggi pemerintahan Hindia-Belanda. Namun, tujuan lain pembangunan infrastruktur pengairan di Bogor bagian timur itu adalah untuk keperluan irigasi.
Di Katulampa, sebagian air Ciliwung dialirkan lewat pintu air ke Kali Baru Timur, saluran irigasi yang dibangun pada waktu yang sama. Dari Bogor bagian timur, sungai buatan itu mengalir ke Jakarta, di sepanjang sisi Jalan raya Bogor, melalui Cimanggis, Depok, Cilangkap, sebelum bermuara di daerah Kali Besar, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Air Kali Baru Timur dulu dipakai untuk mengairi sawah yang banyak terdapat di daerah antara Bogor dan Jakarta.
Fungsi irigasi Bendung Katulampa bisa dikatakan sudah berakhir akibat punahnya areal persawahan di Bogor dan Jakarta. Dengan begitu, fungsinya kini tinggal sebagai bagian dari sistem peringatan dini bahaya banjir bagi warga Jakarta.
Dari Katulampa, air Ciliwung mengalir selama sekitar enam jam untuk sampai di Depok, di pintu air Depok - pos pengukur ketinggian air. Dari sana, masih dibutuhkan waktu sekitar delapan jam lagi sebelum air kiriman dari Bogor tiba di Jakarta, di Pintu Air Manggarai.
Jika tinggi air Ciliwung sedah mencapai 80 cm, penjaga Bendung Katulampa langsung menetapkan status siaga IV dan wajib melaporkannya ke Jakarta. Ketinggian 80 cm menandakan debit air Ciliwung sudah cukup besar dan bisa mengakibatkan banjir di Jakarta.

Ouh jadi itu ea sejarahnya....sekarang saya jadi tahu :), yang jaga bendungan niy harus ikutan siaga juga. Tetap semangat ea Pak...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar